Rabu, 16 Mei 2012

INGIN SEHAT? MAKANLAH SEPERTI NABI MUHAMMAD MAKAN


INGIN SEHAT? MAKANLAH SEPERTI NABI MUHAMMAD MAKAN

Nabi n bersabda :
[Khat] 130
“Seseorang tidaklah mengisi kantung yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi seseorang itu beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika harus (makan banyak), maka (maksimal) sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.”
Meneladani Cara Makan Rosulullah
Ibnul Qoyyim berkata : “Barangsiapa memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh Nabi n, niscaya ia mengerti bahwa beliau tidak pernah memadukan menu antara susu dengan ikan, atau antara susu dengan cuka, atau antara dua makanan yang sama-sama mengandung unsur panas, unsur dingin, unsur lengket, unsur penyebab sembelit, unsur penyebab mencret, unsur keras, atau dua makanan yang mengandung unsur kontradiktif, misalnya antara makanan yang mengandung unsur penyebab sembelit dengan yang mengandung unsur penyebab mencret, antara yang mudah dicerna dengan yang sulit dicerna, antara yang dibakar dengan yang direbus, antara daging yang segar dengan yang sudah digarami dan dikeringkan, antara susu dengan telur, dan antara daging dengan susu. Beliau tidak pernah makan pada saat makanan tersebut masih sangat panas atau masakan yang dihangatkan untuk besok, makanan-makanan yang bulukan (berjamur) dan asin, seperti makanan-makanan yang diasinkan, diasamkan, atau dihanguskan, semua jenis makanan ini berbahaya dan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.
Nabi n biasa melawan unsur panas pada makanan dengan unsur dingin pada makanan lain, unsur kering satu makanan dengan unsur basah pada makanan lain, sebagaimana beliau memakan mentimun dengan ruthob , makan tamr dengan minyak samin, meminum ekstrak kurma untuk melunakkan chymus makanan-makanan keras. Itulah intisari makanan sehat.
Beliau tidak biasa minum ketika sedang makan, sehingga akan merusaknya, apalagi apabila air tersebut panas atau dingin, karena itu merupakan pola makan yang buruk sekali.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah : “Rasulullah n tidak pernah mencela makanan sedikit pun, jika suka, beliau memakannya, jika tidak dibiarkannya, tidak memakannya.”
Beliau menyukai daging, yang paling beliau sukai adalah lengan dan bagian depan kepala kambing. Karena itu, seorang wanita Yahudi pernah meracuninya.
Pernah suatu ketika Rasulullah diberi daging, lantas diperlihatkan bagian lengan kepada beliau, maka beliau menyukainya.
Daging yang disukai oleh Nabi n adalah yang paling baik dan paling mudah dicerna oleh lambung, baik itu daging leher, lengan, maupun lengan atas.
Beliau juga menyukai makanan-makanan manis dan madu. Diriwayatkan dari Aisyah s, ia berkata : “Nabi n menyukai makanan-makanan manis dan madu.”
Beliau n biasa makan roti dengan lauk apa saja yang beliau punya, kadang daging, kadang semangka, kadang kurma, dan kadang cuka. Beliau bersabda : “Sebaik-baik lauk adalah cuka.”
Beliau biasa makan buah-buahan hasil panen negerinya pada musimnya, beliau tidak memantangnya. Ini juga merupakan sarana paling besar untuk menjaga kesehatan.
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 131
“Aku tidak makan sambil bersandar.”
Ada tiga jenis bersandar :
a) bersandar pada rusuk
b) bersila
c) bersandar di atas sesuatu.
Jenis pertama menyulitkan makan, karena ia menghalangi aliran makanan secara alami, menghambat kecepatan masuknya makanan ke lambung, dan menekan lambung sehingga sulit terbuka untuk makanan, lambung akan miring, tidak tegak, sehingga makanan tidak mudah sampai kepadanya.
Adapun dua jenis lainnya merupakan gaya duduk orang-orang sombong yang bertentangan dengan jiwa kehambaan.
Dalam hadits Anas disebutkan : “Saya melihat Nabi n duduk dengan posisi iq`â’ sambil memakan kurma.”
Beliau biasa duduk dengan posisi iq`â’ untuk makan, maksudnya duduk dalam posisi bertumpu pada kedua lutut, seraya memposisikan perut telapak kaki kiri di atas punggung telapak kaki kanan, sebagai bentuk ketawadhuan kepada Robbnya k. Ini merupakan posisi duduk paling baik pada saat makan .
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 132
“Jika salah seorang dari kalian makan, maka janganlah ia membersihkan tangannya sebelum menjilatinya.”
Beliau makan dengan menggunakan tiga jemari beliau, dan ini merupakan cara menyuap makanan yang paling bermanfaat.
Demikianlah, cara makan yang paling baik adalah cara makan beliau n dan cara makan siapa saja yang meniru cara beliau.
Beliau n juga bersabda :
[Khat] 132
“Wahai anak kecil! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang terdekat darimu.”
Meneladani Cara Minum Rosulullah
Ibnul Qoyyim berkata :
“Beliau biasa minum madu yang dicampur air dingin. Hal ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan, satu hal yang tidak dipahami kecuali oleh dokter-dokter yang pakar saja, karena meminum dan menjilat madu pada pagi hari sebelum makan, bisa mencairkan dahak, mencuci kotoran lambung, dan menghilangkan kepekatannya, mendorong kotoran, menghangatkan secara proporsional, membuka tutup-tutupnya, dan seperti itu pula pengaruhnya terhadap hati, ginjal, dan kandung kemih.
Minuman Yang Paling Disukai Rasulullah n
Rasulullah n bersabda –ketika beliau telah memasuki kebun Abu Haitsam bin Tihan- :
[Khat] 133
“Kalau kamu punya air yang telah disimpan semalam dalam syannah (berikan kepada kami), jika tidak kami akan meneguk langsung dari wadahnya.”
Dari sini bisa disimpulkan bahwa Nabi n menyukai air segar dan lebih memilih yang sudah disimpan semalam.
Aisyah s berkata : “Rasulullah n biasa meminta air minum yang segar dari sumur Suqyâ.”
Cara Minum Nabi n
Salah satu kebiasaan Nabi adalah minum sambil duduk. Ini merupakan cara minum yang biasa beliau lakukan. Ada riwayat sahih dari beliau yang melarang minum sambil berdiri. Ada riwayat sahih pula dari beliau bahwa beliau pernah menyuruh orang yang minum sambil berdiri supaya memuntahkan minumannya. Tapi juga ada riwayat sahih dari beliau bahwa beliau pernah minum sambil berdiri.
Misalnya dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu `Abbâs h, ia berkata :
[Khat] 133
“Saya pernah membantu Rasulullah n minum dari air zamzam, beliau minum sambil berdiri.”
Suatu ketika, Ali a berdiri di pintu Rohabah, lantas meminta air, kemudian ia minum sambil berdiri. Ia berkata : “Sesungguhnya, sebagian orang tidak suka minum sambil berdiri. Sedangkan aku pernah melihat Rasulullah n melakukan seperti apa yang kalian lihat baru saja kulakukan.”
Dari Anas a, ia berkata : Rasulullah n biasa bernafas tiga kali pada saat minum, dan beliau bersabda : “Itu lebih memuaskan dahaga, lebih nikmat, dan lebih memberikan kesembuhan.”
Anas berkata : “Saya pun bernafas tiga kali ketika minum.”
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 134
“Jika salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas, tetapi hendaklah ia menjauhkan gelas dari mulutnya.”
Salah satu kebiasaan beliau adalah meminum air dengan susu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas, bahwa ia melihat Nabi n minum susu dan datang ke rumahnya.
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 134
“Jika kalian tidur, matikan lampu-lampu, tutuplah pintu-pintu, tutuplah kendi-kendi, tutuplah makanan dan minuman.” Dan saya kira, beliau juga bersabda : “Meski hanya dengan setangkai kayu yang kau letakkan melintang di atasnya. ”
Nabi n melarang minum langsung dari mulut kendi.
Rasulullah n juga bersabda : “Tangan kanan, tangan kanan, gunakan tangan kanan!”
Anas berkata : “Itu merupakan sunnah.” Tiga kali.
Suatu ketika Rasulullah n diberi susu yang sudah dicampur air, di sebelah kanan beliau ada orang Arab Badui, di sebelah kiri beliau ada Abu Bakar Shiddiq. Beliau pun minum, kemudian memberi kepada orang Arab Badui itu. Lantas beliau bersabda : “Sebelah kanan, kemudian ke sebelah kanan.”
Rasulullah n melarang memecah kendi, maksudnya memecah mulut kendi kemudian minum darinya : yakni minum dari mulutnya.
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 135
“Jika salah seorang dari kalian minum, maka janganlah ia bernafas di dalam cangkir.”
Rasulullah n bersabda :
[Khat]135
“Janganlah kalian minum dari cangkir emas dan perak serta jangan mengenakan busana sutra, karena itu semua untuk mereka di dunia, tetapi untuk kalian di akhirat.”
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 135
“Yang minum dari cangkir perak, kelak pasti cangkir itu mengguyurkan air ke dalam perutnya di neraka Jahannam”
Berlebih lebihan Dalam Makan Dan Minum Menyebabkan Timbulnya Berbagai Penyakit
Materi makanan itu sendiri memang bermanfaat, apabila dikonsumsi pada waktu yang tepat dan takaran yang tepat. Selanjutnya, bila makan terlalu sedikit atau tidak makan sama sekali, maka hal itu akan menyebabkan tubuh lemah.
Tetapi jika makan secara berlebihan, maka hal itu akan menimbulkan penyakit.
Abu Tholhah pernah berkata kepada Ummu Sulaim : “Aku mendengar suara lemah Rasululah n, saya tahu itu karena lapar.”
Demikianlah, kekurangan makan akan menyebabkan kelemahan tubuh.
Rasulullah n bersabda :
[Khat] 136
“Seseorang tidaklah mengisi kantung yang lebih buruk daripada perut, cukuplah seseorang itu memakan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika harus (makan banyak, maka maksimal) sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”
Dari sini kita tahu bahwa berlebihan makan bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
Tetapi, bila kondisi kenyang itu terjadi pada waktu-waktu terpisah –yakni kadang-kadang, tidak terus-menerus- maka tidak mengapa.
Dalam Shohîh Bukhôrî disebutkan bahwa Abu Hurairah a pernah minum susu, sampai ia mengatakan : “Demi Allah, wahai Rasulullah, saya sudah tidak mendapat jalan masuk lagi (untuk minum).”
Dalam Ash-Shohîh juga disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas mengenai bertambah banyaknya makanan berkat doa Nabi n. “Maka mereka (para sahabat) makan hingga kenyang.”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrohmân bin Abu Bakar tentang para sahabat yang merupakan mayoritas anggota satu suku saat dijamu kambing, sedangkan jumlah mereka saat itu seratus tiga puluh orang, disebutkan di dalamnya : “Kami semua makan, sampai kenyang.”
Al-Hâfizh Ibnu Hajar v telah mengutip ucapan beberapa ulama mengenai kenyang. Beliau berkata :
“Ibnu Baththôl berkata : ‘Hadits-hadits ini menunjukkan dibolehkannya kenyang, sekalipun kadang-kadang tidak kenyang itu lebih utama.”
Thobari berkata : ‘Akan tetapi, meski pada dasarnya hukum kenyang adalah mubah, akan tetapi ia ada batasnya, di mana jika melebihi hal itu, bisa dikategorikan sebagai berlebih-lebihan. Yang mubah adalah kenyang yang membantu seseorang untuk menjalankan aktivitas ketaatan kepada Robbnya dan beratnya makan tidak melalaikannya dari pelaksanaan kewajibannya.’
Qurthubî berkata dalam Al-Mufham, ketika menyebutkan kisah Abu Haitsam, ketika Nabi menyembelihkan seekor kambing untuknya dan untuk dua orang sahabatnya, ‘Mereka pun makan sampai kenyang.’ ‘Di dalamnya juga terdapat dalil mengenai dibolehkannya kenyang. Adapun hadits yang melarang kenyang, bisa ditafsiri bahwa kenyang tersebut adalah yang memberatkan lambung dan menghalangi orang untuk melaksanakan ibadah, menyebabkan orang sombong, angkuh, tidur, dan malas. Kemakruhan di sini bisa jadi berkembang hingga menjadi haram, sesuai dengan dampak negatif yang ditimbulkannya.’
Mengenai hadits ‘ats-tsuluts’ , Qurthubî berkata dalam Syarhu `l-Asmâ’ : ‘Andaikata Baqrot mendengar pembagian ini, tentulah ia takjub oleh hikmah ini.’
Sebelumnya, Al-Ghozali berkata dalam Al-Ihyâ’ Bab : ‘Meredam Dua Syahwat’ : ‘Hadits “ats-tsuluts” ini diceritakan kepada seorang filosof, maka ia berkata : “Saya tidak pernah mendengar ucapan mengenai menyedikitkan makan, yang lebih bijaksana daripada ini.”’
Dalam Al-Ihyâ´ juga disebutkan bahwa tingkatan kenyang ada tujuh :
‘Pertama : kenyang yang menjadi penopang tegaknya kehidupan. Kedua : kenyang yang agak lebih supaya bisa berpuasa dan melaksanakan salat dengan berdiri (Pertama dan kedua ini wajib).
Ketiga : kenyang yang agak lebih supaya bisa melaksanakan amalan-amalan nafilah. Keempat : kenyang yang agak lebih supaya bisa bekerja. (Ketiga dan keempat ini dianjurkan).
Kelima : Memenuhi sepertiga perut. Ini boleh.
Keenam : Melebihi sepertiga, sehingga menyebabkan badan menjadi berat dan banyak tidur. Ini makruh.
Ketujuh : Melebihi sepertiga sehingga membahayakan, yaitu kekenyangan yang dilarang, ini haram.’” Sampai di sini Ibnu Hajar.
Ibnul Qoyyim v berkata : “Penyakit itu ada dua macam : penyakit-penyakit materi yang terjadi karena kelebihan unsur materi tertentu di dalam tubuh, sehingga berdampak negatif terhadap aktivitas-aktivitasnya yang normal. Ini merupakan penyakit-penyakit kebanyakan. Penyebabnya adalah masuknya makanan ke dalam tubuh sebelum makanan pertama dicerna dan kelebihan dari takaran yang dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi makanan yang sedikit manfaatnya dan susah dicerna, atau terlalu banyak makanan yang beraneka ragam komposisi, jika seseorang memenuhi perutnya dengan makanan-makanan ini dan terbiasa dengan hal itu, maka akan menimbulkan penyakit yang bermacam-macam, ada yang susah dihilangkan dan ada yang mudah dihilangkan. Jika ia proporsional dalam mengkonsumsi makanan, hanya makan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan kuantitas dan kualitas makanan itu juga proporsional, maka tubuh akan mendapatkan manfaat lebih banyak dari makanan seperti itu daripada makanan yang terlalu banyak. Adapun tingkatan makanan dan gizi ada tiga :
Pertama : tingkat kebutuhan. Kedua : tingkat kecukupan. Dan ketiga : tingkat kelebihan.
Nabi n memberitahukan bahwa seseorang itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya, sehingga kekuatannya tidak berkurang dan badannya tidak lemah, tetapi jika lebih dari itu, hendaklah ia makan maksimal sepertiga perutnya, membiarkan sepertiga lainnya untuk tempat air dan sepertiga lagi untuk nafas. Ini merupakan makanan yang paling bermanfaat untuk badan dan hati. Sesungguhnya, jika perut seseorang itu penuh dengan makanan, maka tempat untuk minuman menjadi sempit. Jika tempat itu diisi dengan minuman, maka tempat untuk pernafasan menjadi sempit dan ia akan terkena kesulitan dan kepayahan, seperti orang yang sedang memikul beban berat. Di samping, hal ini juga berakibat kepada rusaknya hati, kemalasan anggota tubuh dari melaksanakan amal ketaatan, mudahnya ia bergerak menuruti syahwat yang merupakan konsekuensi kekenyangan. Jadi, perut yang penuh dengan makanan akan membahayakan hati dan badan.
Kekenyangan yang berlebihan melemahkan kekuatan dan badan, meskipun menyuburkannya. Kekuatan badan itu terbentuk berdasarkan gizi yang diserapnya, bukan dari banyaknya ia makan.”
Sebuah penelitian ilmiah dikemukakan oleh Dr. `Abduljawwâd Ash-Shôwî, dengan judul Mukjizat Ilmiah dalam Hadits Tsuluts. Disini akan disampaikan ringkasan dari penelitian ini pada tema-tema yang penting :
1) Batas Maksimal Lambung
Ukuran lambung sekitar 1500 ml, luasnya bisa dibagi menjadi tiga bagian yang sama luas, masing-masing bagian luasnya setengah liter (500 ml).
2) Sepertiga Lambung Harus Dikosongkan untuk Nafas Manusia :
Ada hubungan aktif antara lambung dengan pernafasan, karena bagian atas lambung menempati posisi langsung di bawah diafragma; lambung menerima makanan setelah dikunyah, ditelan, dan melewati kerongkongan. Lambung memiliki kemampuan besar untuk mengubah bentuk, ia tampak kecil ketika tidak berisi dan jauh melebar sesudah kemasukan makanan dalam jumlah besar. Ketika itu, seseorang akan merasa tidak nyaman dan sulit bernafas. Hal ini juga menyulitkannya untuk susut dan menghambat pergerakan ke bawah secara otomatis, disebabkan terjadinya pernafasan yang dalam.
3) Ukuran Udara Pernafasan :
Referensi-referensi kedokteran modern menyebutkan bahwa bersamaan dengan hembusan dan hirupan dalam pernafasan normal, udara yang masuk dan keluar sekitar 500 ml untuk sekali pernafasan.
4) Salah Satu Akibat Kelebihan Makan Berdasarkan Kedokteran Modern adalah Kegemukan (Obesitas) dan Berbagai Penyakit yang Menyertainya.:
Kegemukan sangat terkait dengan kelebihan konsumsi makanan, khususnya makanan-makanan yang kaya lemak. Ini merupakan problem yang sangat umum terjadi di masyarakat. Kadang-kadang, kegemukan ini disertai dengan meningkatnya bahaya penyakit-penyakit pembuluh darah jantung, seperti: Lemah jantung, gagal jantung, jantung koroner, kenaikan tekanan darah, dan kenaikan kandungan lemak darah. Tidak diragukan bahwa pembekuan darah (trombosis) pada pembuluh darah jantung memiliki keterkaitan dengan kegemukan. Demikian pula batu empedu, encok yang merupakan penyakit yang menyebabkan timbulnya serangan hebat rasa sakit di persendian dan diakibatkan oleh kelebihan asam urin di dalam darah, sehingga menimbulkan endapan asam urin tersebut dalam bentuk kristal sodium borat di sekitar persendian dan salah satu penyebabnya yang paling penting adalah kelebihan dalam mengkonsumsi makanan-makanan yang kaya protein (seperti daging dan ikan) dan makanan-makanan yang kaya nikloprotein seperti otak, otak besar, hati, tonsil anak sapi.
Masih ada beberapa penyakit lain, seperti : varises di betis, turun lambung, sembelit, berbagai jenis peradangan, lambannya kesembuhan luka, radang persendian (arthritis), pembesaran (hypertrophy) pankreas, atau kelebihan jaringannya sehingga menyebabkan penyakit kencing manis, tidak sampainya darah dari pembuluh darah vena ke jantung dengan mudah, ketidakmampuan paru-paru untuk berkembang secara sempurna, dan kelambanan serta hambatan pencernaan… dst.”
Demikian ucapan Dr. `Abduljawwâd Shôwî
Membaca doa-doa
1. Doa ketika berbuka, yaitu :

[Khat] 142
“Dahaga telah hilang, pembuluh-pembuluh telah basah, dan pahala telah tetap, insyâ’allôh.”
2. Doa sebelum makan dan minum
Nabi bersabda :
[Khat]
“Jika salah seorang dari kamu memakan suatu makanan, hendaklah ia menyebut nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah ia mengucapkan : Bismillâhi ta‘âlâ `alâ awwalihi wa âkhirihi (dengan menyebut nama Allah di awal dan akhirnya).”
Barangsiapa dikaruniai makanan oleh Allah, hendaklah mengucapkan :
[Khat] 142
“Ya Allah, berkahilah kami di dalamnya, dan berilah kami makanan yang lebih baik darinya.”
Dan barangsiapa yang dikaruniai minuman susu oleh Allah, hendaklah ia mengucapkan:
[Khat]
“Ya Allah, berkahilah kami di dalamnya, dan tambahlah minuman seperti ini kepada kami.”
3. Doa ketika selesai makan :
[Khat]
“Segala puji hanyalah bagi Allah yang telah memberiku dan mengaruniaiku rezeki makanan ini tanpa daya dan kekuatan dariku.”
4. Doa tamu untuk orang yang menjamu :
[Khat]
“Ya Allah, berkahilah mereka dalam rezeki yang Engkau karuniakan kepada mereka, ampunilah dan sayangilah mereka.”
5. Doa untuk orang yang memberi minum atau makan, atau doa orang yang ingin diberi minum dan makan oleh orang lain :
[Khat]
“Ya Allah, berilah makan siapa yang memberiku makanan dan berilah minum siapa yang memberiku minuman.”
6. Doa apabila berbuka di rumah orang lain :
[Khat] 142-143
“Telah berbuka di tempat kalian orang-orang yang berpuasa, telah memakan makanan kalian orang-orang yang baik, dan para malaikat telah mendoakan kalian.”
7. Doa ketika melihat buah-buahan yang baru muncul :
[Khat] 143
“Ya Allah, berkahilah buah-buahan kami, berkahilah kota kami, berkahilah sho’ kami, dan berkahilah mud kami.”
Dari pola kehidupan Nabi yang telah dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ath-Thibbu `n-Nabawî, bisa disimpulkan bahwa orang yang sakit seyogianya mencari dokter yang pandai, menerangkan keadaan dirinya kepadanya, mengikuti saran-sarannya dan memakan obat-obat yang diresepkan kepadanya, kemudian berdoa kepada Allah l yang di tangan-Nya terletak segala urusan supaya Dia memberikan kesembuhan kepadanya. Doa tersebut dengan redaksi yang diriwayatkan dari Nabi n. Pemahaman yang sangat penting seperti ini dilupakan oleh banyak manusia. Sebagaian orang merasa cukup dengan berobat, sebagian lagi merasa cukup dengan berdoa saja, kedua-duanya keliru dan jauh dari petunjuk Sunnah dan Al-Quran. Doa dan obat, keduanya harus digunakan, karena Nabi n memerintah kita untuk menggunakan kedua-duanya.
Kebutuhan Tubuh Kepada Gizi Dan Kesesuaiannya Dengan Pola Makan Nabi N
Tubuh memiliki kebutuhan-kebutuhan penting yang tidak bisa diabaikan, yaitu :
a). Protein (Zat Pembangun dan Pertumbuhan) :
Protein terdapat pada makanan-makanan bergizi seperti susu dan daging. Protein-protein ini bekerja untuk pertumbuhan badan, di mana ia membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan yang telah rusak. Ini sesuai dengan pola makan Nabi n. Anas bin Mâlik a menyebutkan bahwa ia pernah melihat Nabi n minum susu dan datang ke rumahnya.
Pernah juga Rasulullah n diberi daging, lantas ditunjukkan bagian lengan kepada beliau, beliau pun menyukainya.”
b). Gula, Tepung, dan Lemak (Zat-zat Sumber Tenaga) :
Gula-gulaan terdapat pada madu dan buah-buahan. Nabi pun menyukai makanan-makanan manis dan madu. Sedangkan zat-zat tepung dan lemak terdapat dalam roti, minyak samin, mentega, dan berbagai jenis minyak. Zat-zat ini bekerja untuk:
1) Mensuplay kebutuhan-kebutuhan tenaga yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas dan fungsinya.
2) Memperbarui aktivitas tubuh, sehingga tubuh tidak merasa cepat lelah dan lesu.
Sebagaimana kita ketahui, ini sangat sesuai dengan pola makan Nabi n. Saya akan menyebutkan beberapa hadits Nabi mengenai hal itu :
Dari Abu Hurairah, ia berkata : “Nabi n meninggal dunia sedangkan beliau tidak pernah kenyang dengan roti jelai.”
Nabi n juga bersabda :
[Khat] 144
“Gunakan sari zaitun sebagai lauk dan minyak, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkati.”
Dalam sebuah hadits sahih disebutkan bahwa Nabi n menyukai mentega dan kurma.
c). Mineral dan Vitamin (Zat-zat Pelindung dan Penjaga):
Zat-zat ini terdapat dalam susu, daging, dan buah. Zat-zat mineral ini membantu protein dalam menjalankan fungsinya. Sebagaimana mineral dan vitamin memiliki fungsi sebagai berikut :
- Melindungi tubuh dari kebanyakan penyakit.
- Membantu berjalannya fungsi-fungsi tubuh dan pengaturan aktivitas-aktivitas hidupnya.
- Semua ini sudah terpenuhi dalam pola makan Nabi n.
d). Air :
Tidak ada seorang pun bisa hidup tanpa air; karena ia berperan dalam pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh, serta membantu sampainya makanan, pencernaan, dan penyerapannya, serta pengeluaran sampah-sampahnya. Ia juga masuk dalam struktur darah dan mengatur kadar suhu panas tubuh. Air merupakan kebutuhan pasti dalam seluruh proses aktivitas tubuh. Allah l berfirman : “Dan Kami jadikan dari air, segala sesuatu hidup.” (Al-Anbiyâ’ [21]: 30)
Dengan demikian apabila kita meneladani pola makan dan minum Nabi n, niscaya tubuh kita memperoleh nutrisi gizi yang seimbang.
Kita telah mengetahui seluruh komposisi gizi ini secara lengkap dalam makanan dan minuman Nabi n, maka kebanyakan makanan dan minuman Nabi n terdiri dari : daging, susu, kurma, air, dan minyak zaitun. Banyak peneliti yang telah melakukan riset tentang menu ini, maka hasilnya mereka mendapatkan kesimpulan bahwa sebagian dari menu tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Meminum Susu
Allah k berkehendak agar bayi mendapat nutrisi berupa ASI, sebelum memperoleh nutrisi lainnya. Ini menunjukkan bahwa susu mengandung nilai gizi tinggi, mencukupi kebutuhan-kebutuhan gizi manusia secara tepat dan seimbang, dan nyaris lengkap dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Tidak ada nutrisi lain yang bisa dibandingkan dengan susu dilihat dari sisi nilai gizinya yang tinggi, karena susu mengandung unsur-unsur gizi pokok dan penting yang pasti dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam seluruh tahap perkembangannya. Susu dianggap sebagai gizi terbaik, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua yang lanjut usia. Hal itu dikarenakan, susu memiliki beberapa karakteristik berikut :
Adapun Komposisi Susu adalah air, gula, protein, lemak, mineral-mineral primer dan sekunder.

DR.WADDA
dr.Wadda A.Umar0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar